Minggu, Desember 05, 2010

ILMU GHARIB AL-HADIST

2.1.  Ta’rif dan Sejarah Ilmu Gharibil Hadits
Ilmu gharibil hadits, ialah :
عِلْمٌ يُعْرَفُ بِهِ مَعْنَى مَاوَقَعَ فى متون اْلاَحَادِيْثِ مِنَ اْلأَلْفَاظِ الْعَرَبِيَّةِ
عَنْ أَذْهَانِ الَّذِيْنَ بَعْدَ عَهْدِهِمْ بِالْعَرَبِيَّةِ الْخَالِصَةِ .
Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadits yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum”.
Sesudah berlalu masa sahabat, yakni abad pertama, dan para tabi’in pada tahun 150 H mulailah bahasa Arab yang tinggi, tidak diketahui lagi oleh umum. Oleh karena itu, berusahalah para ahli mengumpulkan kata-kata yang dipandang tak dapat dipahamkan oleh umum dan kata-kata yang kurang terpakai dalam pergaulan sehari-hari dalam suatu kitab dan mensyarahkannya.
Menurut sejarah, yang mula-mula berusaha dalam bab ini ialah Abu Ubaidah Ma’mar ibn al-Mutsanna (210 H), kemudian usaha itu diluaskan lagi oleh Abul Hasan al-Maziny (204 H). Usaha beliau-beliau ini berlaku di penghujung abad kedua hijrah.
Di awal abad ketiga hijrah berusahalah Abu ‘Ubaid al-Qasim ibn Sallam (244 H) menyusun kitabnya yang terkenal dalam ilmu gharibil hadits, yang diusahakan dalam tempo 40 tahun. Kitabnya mendapat sambutan dari masyarakat, sehingga datang massanya Ibnu Qutaibah ad-Dainury (276 H). Beliau menyusun kitabnya yang terkenal pula.
Maka dengan terdapat dua kitab itu, terkumpullah sebagian besar dari kata-kata yang gharib. Sesudah itu, berusaha pula beberapa ahli, sehingga sampai kepada masa al-Khaththaby (378 H). Dan setelah kitabnya selesai, terdapat tiga induk kitab bagi segala kitab gharibil hadits.
Sesudah itu berusaha pula az-Zamakhsyari menyusun kitabnya yang dinamai al-Fa-iq. Kitab ini tinggi nilainya, disusun secara abjad. Sesudah itu bangun pula Abu Bakar al-Asybahany (581 H), menyusun kitabnya dengan mengikuti sistem al-Harawy.
Sesudah itu datanglah Ibnul Atsier (606 H), lalu menyusun kitabnya an-Nihayah. Kitab inilah sebesar-besar kitab gharibil hadits yang terdapat dalam masyarakat Islam. Kitab ini diikhtisarkan oleh as-Suyuthi (911 H) dalam kitabnya yang dinamai ad-Durrun Natsier.
Kiranya, kitab an-Nihayah ini mencukupi bagi seseorang di dalam mempelajari arti kata-kata yang sukar dan ganjil yang terdapat dalam matan-matan hadits.
2.2.  ILMU GHARIBIL-HADITS
Gharibul-Hadits yang dimaksudkan dalam ilmu hadits ini adalah bertujuan menjelaskan satu hadits yang dalam matannya terdapat lafadh yang pelik dan susah dipahami, karena jarang dipakai. Sehingga keberadaan ilmu ini akan membantu dalam memahami hadits tersebut.
Sejak dimulainya pembukuan (secara sistematis) hadits pada akhir abad kedua dan awal abad ketiga, para ulama sudah menyusun buku-buku tentang gharibul-hadits. Orang yang pertama kali menyusun dalam masalah gharibul-hadits adalah Abu 'Ubaidah Mu'ammar bin Al- Mutsanna At-Taimi (wafat tahun 210 H).
Buku-Buku yang Terkenal dalam Masalah Ini :
1.         Kitab Gharibul-Hadits, karya Abul-Hasan An-Nadlr bin Syumail Al-Mazini (wafat 203 H), salah satu guru Ishaq bin Rahawaih, guru Imam Bukhari.
2.         Kitab Gharibul-Atsar, karya Muhammad bin Al-Mustanir (wafat 206 H).
3.         Kitab Gharibul-Hadits, karya Abu 'Ubaid Al-Qasim bin Salam (wafat 224 H).
4.         Kitab Al-Musytabah minal- Hadits wal-Qur'an, karya Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah Ad-Dainuri (wafat 276 H).
5.         Kitab Gharibul-Hadits, karya Qasim bin Tsabit bin Hazm Sirqisthi (wafat 302 H).  
6.         Kitab Gharibul-Hadits, karya Abu Bakar Muhammad bin Al- Qasim Al-Anbari (wafat 328 H).
7.         Kitab Gharibul-Qur'an wal- Hadits, karya Abu 'Ubaid Al- Harawi Ahmad bin Muhammad (wafat 401 H).
8.         Kitab Smathuts-Tsurayya fii Ma'ani Ghariibil-Hadits, karya Abul-Qasim Isma'il bin Hasan bin At-Tazi Al-Baihaqi (wafat 402 H).
9.         Kitab Majma' Gharaaib fii Gharibil-Hadits, karya Abul-Hasan Abdul-Ghafir bin Isma'il bin Abdul- Ghafir Al-Farisi (wafat 529 H).
10.     Kitab Al-Fa'iq fii Gharibil- Hadits, karya Abul-Qasim Jarullah Mahmud bin 'Umar bin Muhammad Az-Zamakhsyari (wafat 538 H).
11.     Kitab Al-Mughits fii Gharibil- Qur'an wal-Hadits, karya Abu Musa Muhammad bin Abi Bakar Al-Madini Al-Asfahani (wafat 581 H).
12.     Kitab An-Nihayah fii Gharibil- Hadits wal-Atsar, karya Imam Majdudin Abu Sa'adat Al-Mubarak bin Muhammad Al-Jazari Ibnul- Atsir (wafat 606 H).
Upaya baik para ulama dalam pembukuan dan penjelasan gharibul-hadits ini berakhir pada Ibnul-Atsir. Dalam menyusun buku, dia berpedoman pada kitab Gharibul-Qur'an wal-Hadits karya Al-Harawi dan kitab Al- Mughits fii Ghariibil-Qur'an wal- Hadits karya Abu Musa Muhammad bin Abi Bakar Al- Madini.
Dan belum diketahui ada orang yang melakukan upaya penyusunan gharibul-hadits setelah ibnul-Atsir kecuali Ibnu Hajib (wafat 646 H). Setelah itu, upaya para ulama hanya sebatas pada memberi lampiran dan ikhtishar, atau meringkas terhadap kitan An-Nihayah.
Di antara ulama yang memberi lampiran pada kitab tersebut adalah Shafiyyuddin Mahmud bin Abi Bakar Al-Armawi (wafat 723 H). Dan diantara yang melakukan ikhtishar adalah : Syaikh Ali bin Husamuddin Al-Hindi, yang dikenal dengan nama Al-Muttaqi (wafat 975 H), 'Isa bin Muhammad Ash- Shafawi (wafat 953 H) kira-kira mendekati setengah ukuran kitab, dan Jalaluddin As-Suyuthi (wafat 911 H) yang mukhtasharnya dinamakan Ad- Durrun-Natsir Talkhis Nihayah Ibnul-Atsir.
Pada mulanya kitab Ad-Durrun- Natsir dicetak sebagai hamisy atau catatan pinggir pada kitab An-Nihayah. Namun kemudian As- Suyuthi mempunyai inisiatif untuk memisahkan tambahan terhadap kitab tersebut, dan diberi nama At-Tadzyil a'laa Nihayah Al- Gharib.
Kitab Nihayah juga disusun dalam bentuk syair oleh Imaduddin Abul-Fida' Isma'il bin Muhammad Al-Ba'labaki Al-Hanbali (wafat 785 H) dengan nama Al-Kifayah fii Nudhum An-Nihayah.
Ibnul-Atsir telah mengatur kitabnya An-Nihayah berdasarkan urutan huruf hijaiyyah, dan dicetak terakhir kalinya dengan diteliti dan diperiksa oleh Thahir Ahmad Az- Zawi danMahmud Muhammad Ath-Thanahi sebanyak lima jilid, dan diterbitkan oleh Pustaka Daar Ihya Al-Kutub Al-'Arabiyyah, 'Isa Al-Babi Al-Halabi dan rekannya di Mesir.
Ibnul-Atsir menyusun kitabnya An-Nihayah berpedoman pada kitab Al-Harawi dan Abu Musa Al- Madini, yaitu dengan memberi tanda atau rumus (ha') jika mengambil dari kitab Al-Harawi, dan tanda atau rumus huruf (sin) jika mengambil dari kitab Abu Musa. Adapun selain dari kedua kitab tersebut dibiarkan tanpa tanda apapun, untuk membedakan mana yang dari kedua kitab tersebut dan mana yang dari kitab yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar