Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan

Selasa, Januari 18, 2011

Profesor dan muridnya

Sharing siang, cerita ini sangat indah sempatkan untuk membaca, semoga bermanfaat.

Seorg professor berdiri di dpn kelas filsafat.
Saat kelas dimulai, dia mengambil toples kosong dan mengisi dgn bola2 golf.
Kemudian berkata kpd murid2nya, apakah toples sdh penuh…… ?
Mereka setuju !!!!
Kemudian dia menuangkan batu koral ke dlm toples, mengguncang dgn ringan. Batu2 koral mengisi tempat yg kosong di antara bola2 golf.
Kemudian dia bertanya kpd murid2nya, apakah toples sdh penuh ??Mereka setuju !!!
Selanjutnya dia menabur pasir ke dlm toples …
Tentu saja pasir menutupi semuanya.
Profesor sekali lagi bertanya apakah toples sdh penuh..??.murid , “Yes”…!!
Kemudian dia menuangkan dua cangkir kopi ke dlm toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara pasir. Para murid tertawa….
“Sekarang.. saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu. “
“Bola2 golf adalah hal yg penting; Tuhan, keluarga, anak2, kesehatan.
“Jika yg lain hilang dan hanya tinggal mrk, maka hidupmu msh ttp penuh.”
“Batu2 koral adalah hal2 lain, spt pekerjaanmu, rumah dan mobil.”
“Pasir adalah hal2 yg sepele.”
“Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dlm toples, maka tdk akan tersisa ruangan utk batu2 koral ataupun utk bola2 golf..
Hal yg sama akan terjadi dlm hidupmu.”
“Jika kalian menghabiskan energi utk hal2 yg sepele, kalian tdk akan mempunyai ruang utk hal2 yg penting buat kalian.”
“Jadi Beri perhatian utk hal2 yg penting utk kebahagiaanmu.
“Bermainlah dgn anak2mu.”
“Luangkan wkt utk check up kesehatan.”
“Ajak pasanganmu utk keluar makan malam”
“Berikan perhatian terlebih dahulu kpd bola2 golf.
Hal2 yg benar2 penting. Atur prioritasmu.
Baru yg terakhir, urus pasirnya.
“Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, “Kopi mewakili apa?
Profesor tersenyum, “Saya senang kamu bertanya.”
“Itu utk menunjukkan kpd kalian, sekalipun hidupmu tampak sdh sgt penuh, tetap selalu tersedia tempat utk secangkir kopi bersama sahabat”
(http://ovalhanif.wordpress.com/ ---> Rahmaddin MY)

Senin, Agustus 09, 2010

Get Started Nyoook .......

iseng-iseng Saya mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Ditengah-tengah ratusan orang yang tengah menyimak isi buku, Saya tawarkan uang itu. “Silahkan, siapa yang mau boleh ambil,” ujar Saya. Saya menunduk ke bawah menghindari tatapan ke muka audiens sambil menjulurkan uang Rp 100.000.
Seperti yang Saya duga, hampir semua audiens hanya diam terkesima. Saya ulangi kalimat Saya beberapa kali dengan mimik muka yang lebih serius. Beberapa orang tampak tersenyum, ada yang mulai menarik badannya dari sandaran kursi, yang lain lagi menendang kaki temannya. Seorang ibu menyuruh temannya maju, tetapi mereka semua tak bergerak. Belakangan, dua orang pria maju ke depan sambil celingak-celinguk. Orang yang maju dari sisi sebelah kanan mulanya bergerak cepat, tapi ia segera menghentikan langkahnya dan termangu, begitu melihat seseorang dari sisi sebelah kiri lebih cepat ke depan. Ia lalu kembali ke kursinya.

Sekarang hanya tinggal satu orang saja yang sudah berada di depan Saya. Gerakannya begitu cepat, tapi tangannya berhenti manakala uang itu disentuhnya. Saya dapat merasakan tarikan uang yang dilakukan dengan keragu-raguan. Semua audiens tertegun.

Saya ulangi pesan Saya, “Silahkan ambil, silahkan ambil.” Ia menatap wajah Saya, dan Saya pun menatapnya dengan wajah lucu. Audiens tertawa melihat keberanian anak muda itu. Saya ulangi lagi kalimat Saya, dan Ia pun merampas uang kertas itu dari tangan Saya dan kembali ke kursinya. Semua audiens tertawa terbahak-bahak. Seseorang lalu berteriak, “Kembalikan, kembalikan!” Saya mengatakan, “Tidak usah. Uang itu sudah menjadi miliknya.”

Setidaknya, dengan permainan itu seseorang telah menjadi lebih kaya Rp.100.000. Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam, tak bergerak. Bukankah uang yang Saya sodorkan tadi adalah sebuah kesempatan? Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan:

“Saya pikir Bapak cuma main-main ………… ”
“Nanti uangnya toh diambil lagi.”
“Malu-maluin aja.”
“Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!”
“Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu …..”
“Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya. …”
“Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas…..”
“Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang……. ..”
“Saya, kan duduk jauh di belakang…”
dan seterusnya.

Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan tindakan mereka sehari-hari. Hampir setiap saat kita dilewati oleh rangkaian opportunity (kesempatan) , tetapi kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja. Kita tidak menyambarnya, padahal kita ingin agar hidup kita berubah.

Saya jadi ingat dengan ucapan seorang teman yang dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di daerah Parung. Ia tampak begitu senang saat Saya dan keluarga membesuknya. Sedih melihat seorang sarjana yang punya masa depan baik terkerangkeng dalam jeruji rumah sakit bersama orang-orang tidak waras.
Saya sampai tidak percaya ia berada di situ. Dibandingkan teman-temannya, ia adalah pasien yang paling waras. Ia bisa menilai “gila” nya orang di sana satu persatu dan berbicara waras dengan Saya. Cuma, matanya memang tampak agak merah. Waktu Saya tanya apakah ia merasa sama dengan mereka, ia pun protes. “Gila aja….ini kan gara-gara saudara-saudara Saya tidak mau mengurus Saya. Saya ini tidak gila.
Mereka itu semua sakit…..”. Lantas, apa yang kamu maksud ’sakit’?”

“Orang ’sakit’ (gila) itu selalu berorientasi ke masa lalu, sedangkan Saya selalu berpikir ke depan. Yang gila itu adalah yang selalu
mengharapkan perubahan, sementara melakukan hal yang sama dari hari ke hari…..,” katanya penuh semangat.” Saya pun mengangguk-angguk.

Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya, Saya kira kita semua menghadapi masalah yang sama. Mungkin benar kata teman Saya tadi, kita semua mengharapkan perubahan, tapi kita tak tahu harus mulai dari mana. Akibatnya kita semua hanya melakukan hal yang sama dari hari ke hari, Jadi omong kosong perubahan akan datang.
Perubahan hanya bisa datang kalau orang-orang mau bergerak bukan hanya dengan omongan saja.



“Manajemen tentu berkepentingan terhadap bagaimana menggerakkan orang-orang yang tidak cuma sekedar berfikir, tetapi berinisiatif, bergerak, memulai, dan seterusnya.”

Get Started. Get into the game. Get into the playing field, Now. Just do it!


Manusia pemenang adalah manusia yang responsif. Seperti kata Jack Canfield, yang menulis buku Chicken Soup for the Soul, yang membedakan antara winners dengan losers adalah :

“Winners take action…they simply get up and do what has to be done…”.

Selamat bergerak!
From facebook again (NyahO,,,Ah)

Penjara vs Kantor

PENJARA
Kamu hidup di ruangan 8X10 m2.

KANTOR
Kamu hidup di ruangan 6X8 meter2.

PENJARA
Dapat 3 kali makan, gratis.

KANTOR
kamu harus bayar makan sendiri bahkan memotonggajimu lewat pajak untuk menghidupi orang yang dipenjara
PENJARA
Untuk kebiasaan baik mendapat hadiah istirahat.

KANTOR
Untuk kebiasaan baik mendapat hadiah TAMBAHAN KERJAAN
he..he..

PENJARA
Penjaga akan membukakan pintu dan membuka & menguncikan
pintu untuk kamu.

KANTOR
Kamu harus membawa sendiri, membuka sendiri, menutup serta
mengunci sendiri semua pintu yang kamu punyai.

PENJARA
Kamu bisa nonton TV tiap hari.

KANTOR
Kamu bisa dipecat kalau nonton TV.

PENJARA
Kamu punya ruangan pribadi.

KANTOR
Kamu harus selalu bersama orang lain

PENJARA
Diijinkan bertemu dengan keluarga untuk bersenda gurau.

KANTOR
Kamu sama sekali tidak diijinkan bersantai ria bersama
keluarga disini.

PENJARA
Semua pengeluaran ditanggung negara.

KANTOR
Kamu harus tanggung pengeluaran dirimu sendiri dan memotong
gajimu lewat pajak untuk menghidupi yang ada di penjara.

Penjara
mereke semua berharap keluar dari sini

Kantor
mereke juga berharap keluar dari.....

Jadi ?
Mana yang lebih baik ? he..he..
dr faceebook (grup NyahO,,,Ah)

Senin, Agustus 02, 2010

Cangkir bukan kopinya,,,

From facebook
Sekelompok alumni sebuah universitas berkumpul dan mendatangi seorang Professor kampus mereka yang telah tua.

"Sore Prof.. Bagaimana kabar? Baik-baik saja kan?", tanya salah seorang diantaranya.
"Baik & sehat. Silakan masuk...", jawab Professor.

Setelah mengambil tempat duduk masing-masing, percakapanpun segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stress di pekerjaan dan kehidupan mereka. Salah seorang mahasiswanya mengeluh begitu beratnya. Professor tersebut menyela dan berkata, "Kopi cukup membuat rileks bukan?."

Setelah menawari tamu-tamunya kopi, Professor beranjak ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis - ada yang dari porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, bahkan beberapa diantara gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah - dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.

Setelah semua mantan mahasiswanya mendapat secangkir kopi, sembari menebar senyum,

Professor itu berkata:

"Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."

Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."

Kemudian Professor tersebut meminta kepada mantan mahasiswanya untuk meletakkan cangkir yang mereka pegang masing-masing di meja di depan mereka. Setelah itu Professor melanjutkan kata-katanya:

"Sekarang coba kalian perhatikan dan renungkan hal ini.

Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.

Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya.
Jadi nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya."

Rabu, Oktober 07, 2009

Bacaan Lumayan Lucu

Ini kuambil dari buku kumcol, :D

If u need ADVICE, message me.
If u need FRIEND, call me.
If u need HELP, e-mail me.
If u need MONEY, nomor yg anda tuju tidak dapat dihubungi. Terima Kasih.
*********
Bahasa Koreanya minta dicium ?
- Sun Dong Yang

Ada berapa banyak kaki sapi ?
- Ada 8, di depan 2, di belakang 2, di samping kiri 2, di samping kanan 2.

Pasangan pengantin Cina memiliki anak dg ciri2:
1. kulit hitam
2. rambut keriting
3. mata besar
Mereka menamakannya :"Sam Ting Wong" (Some Thing Wrong in English)

Cerita Gara-gara Kurang Teliti

*Gara2 Kurang Teliti*

2 orang suami istri sedang merencanakan bepergian untuk memperingati ultah perkawinan mereka. mereka berencana pergi ke bali, sekalian mengenang masa lalu.

Karena dua2nya org sibuk, maka si suami pergi duluan. Sesampainya di Bali si suami langsung check in di hotel. Ternyata di kamar hotelnya tersedia seperangkat komputer. Sambil menunggu kedatangan istri... suaminya pun iseng2 mengirim email buat istri tercinta.

Di lain tempat.......

Di sebuah rumah sedang dilanda duka. Seorang istri baru saja ditinggalkan suaminya. Selesai penguburan suaminya, si istri pun mengurung diri di kamar. Si istri pun membuka email utk mencek surat masuk yg hampir semuanya mengucapkan turut berduka cita. Namun ada 1 surat masuk yg berbeda, setelah membaca surat tsb si istri langsung pingsan. Melihat ibunya pingsan, sang anak pun lantas membaca isi email tsb. Setelah membaca, tiba2 sang anak jg jatuh pingsan. Keluarga yg melihat kejadian itu heran. Mereka pun membaca isi email tsb.
Begini isinya....

Buat mama tercinta,

Papa sudah sampai di tempat tujuan. Wuah... di sini semuanya serba lengkap, Ma bahkan komputer pun ada. Mama cepat datang, ya. Papa tunggu kedatangan mama secepatnya.

Nb: Kalo anak2 pengen ikut, ajak aja.

dari Papa